Abdul Rahman Bin Auf
adalah salah seorang sahabat Rasulullah yang akrab. Dia juga adalah salah
seorang sahabat Rasulullah yang terkaya sebagaimana juga halnya dengan
Sayyidina Utsman Bin Affan ra Menurut ahli sejarah, Abdul Rahman Bin Auf
dilahirkan 10 tahun sesudah tahun gajah dan ia hidup sebagai seorang pemuda
Quraisy dikota Mekah yang saat itu penuh dengan bermacam-macam kemaksiatan
jahiliah berupa penyembahan berhala maupun kejahatan-kejahatan lainnya. Namun demikian Abdul
Rahman terhindar dan
bermacam-macam kejahatan yang merajalela ketika itu. Bahkan sebelum
memeluk agama Islam lagi, Abdurrahman Bin Auf telah memiliki anggapan bahwa
minuman arak itu adalah terlarang.
Abdul Rahman Bin Auf
telah memeluk Islam sebelum Rasulullah saw memasuki Darul Arqam lagi. Dengan hal demikian
nyatalah bahwa ia tergolong orang-orang Islam yang awal dan menurut riwayat
beliau adalah orang yang 8 dan orang-orang awal yang memeluk Islam. Adalah diriwayatkan
bahwa ibu Abdul Rahman Bin Auf sesudah mengetahui Abdurrahman Bin Auf memeluk
Islam, iapun berkata kepada anaknya, "Aku akan
berjemur dipanas matahari yang terik di siang hari dan di waktu ma1am yang
dingin aku akan bermalam diruang lapang, sampai engkau mengaku akan kembali
kembali kepada agama nenek moyangmu”. Demikian ibunya mengancam.
Sungguhpun begitu Abdurrahman Bin Auf tetap tegak memeluk agama suci dan
mencintai Rasulullah SAW
Adapun nama asli
Abdul Rahman sebelum dia memeluk Islam adalah Abdul Ka'bah, tetapi kemudian
setelah Islam dia mengganti namanya menjadi Abdul Rahman. Sebagai seorang
sahabat Rasulullah yang akrab, Abdul Rahman memiliki satu keistimewaan yang
khas yaitu berjuang untuk menegakkan agama Allah bukan saja dengan pedangnya
bahkan dengan harta dan kekayaannya. Beliaulah antara para
sahabat yang banyak sekali mengorbankan kekayaannya untuk memperjuangkan
kepentingan Islam. Abdul Rahman pernah membagi dua
kekayaannya untuk dibagi kepada fakir miskin dan pernah pula menyerahkan
seluruh kekayaannya untuk kebutuhan sabilillah demi menegakkan panji-panji
Islam.
Banyak sahabat yang
telah memimpin penjuangan Islam dan menyibarkan syiar Islam yang berjuang
sebagai panglima atau sebagai pahlawan Islam yang dikenal sejarah, tetapi Abdul
Rahman Bin Auf telah melakukan kepahlawanannya dengan jalan menyerahkan seluruh
kekayaannya dalam menegakkan Islam.
Sebagai seorang Islam
yang awal, Abdurrahman Bin Auf juga telah mengalami berbagai penderitaan dan
penyiksaan dari masyarakat Quraish di Mekah. Karena mengingat
kondisi kaum Muslimin yang sangat sedikit itu sementelahan pula mengalami
berbagai macam ancaman maka Rasulullah saw akhirnya telah memerintahkan para
pengikutnya agar melakukan hijrah ke negeri Abbysinia karena menurut Rasul
disana ada sebuah kerajaan yang tidak lalim terhadap rakyatnya. Tidak lama kemudian
maka berangkatlah rombongan pertama yang
melakukan hijrah yang terdiri dan 10 orang pria dan 4 orang wanita dan 17
wanita serta anak-anak. Dan diantara yang melakukan hijrah yang
terdiri dan 10 orang pria dan 4 orang wanita lalu disusul dengan rombongan
kedua yang terdiri dan 83 pria dan 17 wanita serta anak-anak. Dan di antara yang
melakukan hijrah tersebut termasuk Abdul Rahman Bin Auf.
Tidak lama kemudian
Abdul Rahman Bin Auf dan beberapa temannya telah kembali ke kota Mekah sehingga
sampai pada waktu Allah memenintahkan kepada Rasulullah saw untuk melakukan
hijrah keYathrib (Madinah) dilakukan Rasulullah
sendiri dan para sahabatnya dan diantaranya termasuk juga Abdul Rahman Bin Auf.
Setiba di Madinah
sebagaimana yang diperlakukan oleh Rasul terhadap lain-lain sahabat dalam
rangka memberikan bantuan, maka Abdul Rahman Bin Auf telah dipersaudarakan oleh
Baginda dengan Sa'ad bin Rabi 'seorang dari kaum Anshar.
Demi kecintaan Saad
Bin Rabi 'kepada saudaranya dan kaum Muhajirin, ia telah mengatakan kepada
Abdul Rahman demikian antara lainnya, "Saudara,
ketahuilah bahwa saya adalah seorang Anshar yang banyak harta, dan kiranya
saudara sudi ambillah setengah dan kekayaan saya itu. Saya juga memiliki dua
orang istri dan kiranya Saudara sudi mana satu diantaranya, saya sudah
mencaraikannya sehingga dapat saudara menikahinya’. Mendengarkan
kata-kata sahabatnya itu Abdul Rahman Bin Auf seraya menjawab,
"Saudaraku, semoga Allah akan memberikan berkat terhadap keluarga dan
hartabenda saudara. Janganlah
disusahkan tentang din saya ini, yang penting bagi saya ialah kiranya saudara
sudi menunjukkan saya jalan menuju ke pasar’.
Sungguh beliau memang
seorang pedagang yang berbakat dan pintar. Dalam sekejap waktu
saja ia berhasil menunjukkan keahliannya dalam berdagang sampai berhasil
memperoleh harta yang banyak. Beliau memiliki 100 ekor kuda yang
dapat dipergunakan dalam peperangan 100 ekor unta dan 10.000 ekor kambing
sehingga diwaktu beliau meninggal, tatkala dihitung seperempat dan kekayaannya
menyamai jumlah 84 ribu dinar. Akan tetapi disamping kekayaannya yang
melimpah itu, beliau termasuk orang yang paling dermawan dan paling pemurah
juga merupakan seorang tokoh sahabat yang paling banyak berbuat kebajikan
terhadap kaum fakir miskin.
Pada zaman Rasulullah
SAW, beliau pernah membagi
seluruh kekayaannya dan menyerahkan yang sebagian itu kepada orang-orang yang
membutuhkannya. Pernah terjadi dalam satu peristiwa,
Abdurrahman Bin Auf mengeluarkan sedekah sekali duduk sebesar 40 ribu dinar,
dan pernah ia membiayai perang dengan menyediakan perlengkapan sebanyak 500
ekor kuda tempur lengkap dengan senjatanya pakaian makanan untuk dipergunakan
oleh para prajurit dan juga dalam waktu yang sama membawa konvoi perbekalan
yang diangkut oleh 500 unta.
Mengingat jasa dan
pengorbanan menegakkan Islam dengan hanta kekayaannya Rasulullah SAW pernah
bersabda,
"Abdul Rahinan Bin Auf adalah saudagar Tuhan" sebagai
memujinya atas perannya menegakkan agama ALlah dengan harta kekayaan. Dalam satu riwayat
lain pula Rasulullah pernah bersabda, "Sesungguhnya
mereka yang memelihara keluarga saya setelah saya meninggal adalah manusia yang
benar dan manusia yang memiliki kebajikan”. Dalam hal ini Abdul
Rahmanlah salah seorang sahabat yang menyahut seruan Rasulullah saw karena
beliaulah yang menyiapkan fasilitas untuk Ummul Mu'minin dalam melakukan ibadah
haji dibawah lindungan beliau.
Disamping memiliki
kekayaan yang berlimpah beliau adalah seorang yang takut dan benci kepada harta
kekayaan dan selalu menghindarkan din dan penganuh kekayaannya. Adalah diriwayatkan
bahwa pada suatu han Abdul Rahman Bin Auf menangis tersedu-sedu lalu ia
ditanyai orang apakah yang menyebabkan ia menangis itu, lalu dijawabnya,
"Sesungguhnya Mas'ab adalah lebih baik dariku karena ia meninggal dunia di
zaman Rasul dan diwaktu meninggal dunia ia tidak memiliki sepotong kain yang
dapat dijadikan kafan untuk membungkusnya. Sesungguhnya Hamzah Bin Muttalib
adalah manusia yang lebih utama dari saya padahal ia tidak memiliki kain yang
dapat dijadikan kafan untuk memakamkannya. Saya khawatir saya ini termasuk di
antara orang-orang yang dipercepat untuk menikmati kebahgiaan dunia fana ini
dan saya khawatir bahwa saya akan tersisih dari para sahabat Nabi diakhirat
kelak disebabkan karena saya memiliki banyak harta. Dalam satu riwayat yang lain
pula diceritakan orang bahwa tatkala Abdurrahman Bin Auf memberikan makanan
kepada tamunya ia tiba-tiba menangis lalu ditanyai orang, "Mengapakah
engkau menangis hai Ibnu Auf? "Ia lalu menjawab," Nabi telah wafat,
sedangkan ia dan keluarganya tidak pernah kenyang oleh roti gandum.
Demikianlah jiwa
Abdurrahman Bin Auf salah seorang sahabat besar Rasulullah. Mengingat besarnya
semangat pengorbanannya itu maka tidaklah heran kiranya Rasulullah saw
mengatakan bahwa Abdul Rahman adalah di antara sepuluh orang yang telah
digembirakan oleh baginda Rasul akan masuk surga.
Dizaman Umar Al
Khattab, Abdurrahman Bin Auf telah memperoleh kehormatan dan keutamaan di sisi
Khalifah. Di zaman Khalifah, beliau pernah
ditunjuk oleh Khalifah Umar untuk memimpin rombongan haji pada tahun pertama
setelah Sayyidina Umar dipilih sebagai khalifah. Bahkan beliau jugalah
salah seorang yang telah diwasiatkan oleh Khalifah Umar Al Khattab sebelum
wafatnya beliau menjadi salah seorang anggota dalam dewan komite di antara enam
orang anggota untuk memilih calon khalifah yang akan menggantikan beliau. Beliaulah juga tokoh
yang memimpin tugas untuk menentukan siapa yang bakal menggantikan Khalifah
Umar Al Khattab sebagai khalifah ketiga umat Islam yang akhirnya jatuh ketangan
Sayyidina Utsman Bin Affan
Pada tahun 31 Hijrah,
setelah menempuh hidup didunia yang fana mi selama 74 tahun, berpulanglah tokoh
sahabat besar ini kerahmatullah. Dalam usia 75 tahun. Dan sebelum
meninggalnya, Ummul Mu'minin Aisyah telah menawarkan bahwa jika ia menghendakinya
akan ditempatkan kuburannya nanti di sisi kuburan Nabi, Abu Bakar dan Umar ra
Dengan suara yang rendah hati ia menjawab bahwa ia malu jika diberi posisi yang
sedemikian tingginya untuk berkubur di samping Rasul . Dan
ia juga menyatakan bahwa dirinya telah terikat janji dengan Utsman Bin Mazh'un
bahwa jika salah satu di antara mereka berdua meninggal lebih dahulu, maka ia
akan berkubur di samping kuburan temannya yang lain. Jenazah beliau dimakamkan
di Baqi dan disholatkan oleh Sayyidina Utsman Bin Affan, Zubair Ibnul Awwam dan
lain-lain tokoh sahabat.
0 komentar :
Posting Komentar